Pengemis, Sebaiknya Diberi Uang atau Tidak ?

Rabu, 26 Juni 2013

Menjelang dan selama bulan Ramadhan, dipastikan kita akan banyak menjumpai pengemis di mana-mana. Para pengemis itu tahu bahwa di bulan ini amalan shodaqoh dilipatgandakan. Tak kalah pula pengemis-pengemis karbitan atau dadakan yang ikut meramaikan jalanan-jalanan serta masjid-masjid. Bagaimana sikap kita seharusnya terhadap pengemis-pengemis itu ?


Sebaiknya jika ingin beramal shodaqoh, berikan saja kepada kotak-kotak infaq masjid, ataupun Yayasan-Yayasan yang sudah jelas. Mereka akan menyalurkan ke orang-orang yang tepat, insya Allah. Paling tidak, mereka tak asal memberikan kepada setiap orang yang mengaku miskin tanpa croscheck terlebih dahulu dibanding kalau kita temui pengemis-pengemis di jalanan.

Berita berikut mungkin akan membuat kita tertegun karena ternyata ada sebagian yang menjadikannya sebagai profesi dengan hasil cukup lumayan. Dengan profesi ini mereka akan mengemis selamanya serta menipu para dermawan. Tak kalah penting, penghasilan yang menjanjikan justru akan membuat mereka menjadi tetap malas bekerja yang layak.

Tentunya anda para dermawan ingin bantuan anda diberikan kepada orang yang tepat bukan ? Dan tentunya anda juga tidak akan memberi jika tahu bahwa mereka berpura-pura atau menipu dengan sikap dan penampilan. Salurkan saja ke kotak-kotak infaq atau yayasan sosial.

Namun jangan lupa, jika anda tak berkenan memberi saat ada tangan menengadah,
jangan hina mereka dengan sikap yang buruk. Cukup tolak dengan halus.


Sehari Raup Rp 200 Ribu, Pengemis Berangkat Kerja Naik Motor Yamaha

sumber:http://www.poskotanews.com/2013/06/24/pengemis-berangkat-kerja-naik-motor-yamaha/


JAKARTA (Pos Kota) – Pengemis ternyata banyak jenisnya. Ada yang benar-benar ngemis untuk sekedar bisa makan, Ada pula yang mengemis untuk menumpuk harta. Kelompok yang kedua ini banyak beredar di Ibu Kota. Tak tanggung-tanggung, dalam sehari pengemis jenis ini bisa meraup Rp200 ribu. Sedikitnya, Rp3 juta dikirimkannya ke kampung halaman buat keluarganya.

Yani, 41, salah satu contohnya. Pria yang tinggal di rumah kontrakan di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, menjadikan mengemis sebagai ‘profesinya’.

Dari hasil mengemis, Yani tak cuma kenyang perutnya, tapi juga tebal kantongnya. Ia pun bisa membeli sepeda motor yang rajin mengantarnya ke lokasi mangkalnya di Terminal Tanjung Priok.

Setiap pagi sekitar pukul 07:00, sepeda motor Yamaha Scorpio milik bapak dua anak itu diparkir di sudut terminal. Ia lalu mengambil pakaian khususnya untuk mengemis yakni baju koko lusuh, peci serta tongkat yang sudah dipersiapkan di bawah jok motor.

KAKI DIPERBAN


Tidak ketinggalan untuk menarik simpati warga, segulung perban digunakan untuk membungkus kakinya yang sebenarnya sehat. Aksi mengelabui wargapun cukup berhasil.

Dengan mengemis di Terminal Tanjung Priok, minimal Yani bisa mengantongi Rp200 ribu/hari. “Alhamdulillah, warga Jakarta memang dermawan. Ya, tidak kurang Rp200 ribu setiap hari saya bisa kantongi,” ucapnya, Minggu (23/6).

Dari penghasilan inilah,Yani bisa memenuhi kebutuhannya. Mulai membayar kontrakan hingga kredit motor yang cicilan setiap bulannya sebesar Rp600 ribu. Tidak cuma itu, ia mengaku bisa membawa pulang uang untuk keluarganya di Kuningan, Jawa Barat, sebanyak Rp3 juta/bulan.

Pendapatan hampir sama juga diperoleh Siti, 47, pengemis yang biasa mangkal di kawasan Penjaringan, Jakarta Utara. Dalam satu hari bisa mengantongi Rp100 ribu.
Dari pengasilannya itu, Siti mengaku bisa membayar kontrakan yang disewanya Rp150/bulan di kawasan Kota, Jakarta Barat. Sisanya bisa dibawa pulang ke kampung halamannya di Cirebon, Jawa Barat, untuk menghidupi kedua anaknya. “Tiga minggu sekali saya kirim Rp2 juta ke kampung,” tuturnya.

60 RIBU PENGEMIS

Yana dan Siti merupakan dua dari ribuan pengemis di ibukota yang setiap harinya menggantungkan hidup dari belas kasih warga. Menjelang Ramadan, pengemis yang menyerbu Jakarta meningkat.

Dinas Sosial DKI Jakarta memprediksi sedikitnya 60 ribu PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial) memadati sudut Jakarta. Mereka mengais di 48 titik seperti perempatan Coca Cola, Harmoni, Simpang Lima Senen Jakarta Pusat, perempatan Matraman, Jakarta Timur, perempatan Grogol, Jakarta Utara dan wilayah lainnya.

Bukan hanya berasal dari daerah penyangga seperti Bekasi, Tangerang, dan Bogor, mereka juga datang dari Cirebon, Indramayu, Sukabumi, Jawa Timur dan Madura.
Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta, Kian Kelana, mengaku telah mengantisipasi serbuan pengemis ini. Melalui koordinasi dengan Satpol PP DKI akan menjaga beberapa titik yang menjadi sarang pengemis.

Tiga panti sosial disiapkan Dinas Sosial DKI Jakarta untuk menampung hasil penertiban. Ketiga panti itu adalah, Panti Sosial Bina Insani Bangun Daya (PSBI-BD) 1 Kedoya, PSBI-BD 2 Ceger dan PSBI-BD 3 Cengkareng. (ifand/guruh/st/o)


Waspada Pengemis Pura-Pura Hamil

sumber: http://www.pesatnews.com/read/2013/06/25/30103/waspada-pengemis-purapura-hamil


JAKARTA, PESATNEWS- Sekarang ini banyak modus yang digunakan pengemis demi mengharapkan belas kasihan dari warga ibu kota untuk mendapatkan uang. Mulai dari berpura-pura cacat, memanfaatkan anak-anak untuk mendapatkan keuntungan lebih banyak, memakai baju compang-camping, hingga berpura-pura sebagai wanita hamil.

Modus terakhir ini tengah marak di wilayah Jakarta Selatan.

"Dari pengaduan masyarakat banyak wanita hamil yang mengemis di perempatan dan pinggir jalan. Makanya kita sebar petugas untuk menertibkannya," ujar Miftahul Huda, Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Selasa (25/6).

Menurut Miftahul, modus ini banyak dipakai oleh pengemis di sekitar kawasan Mampangprapatan. Mereka berpura-pura memiliki kandungan dengan ukuran cukup besar dan meminta sejumlah uang ke pengendara. "Alasannya itu untuk biaya melahirkan, karena sudah masuk bulannya," kata Miftahul.

Selain di daerah Mampangprapatan, kata Miftahul, para PMKS juga banyak beroperasi di daerah Bintaro dan perempatan RS Fatmawati. "Ya, 3 titik itu yang kita jaga ketat dari PMKS. Karena mereka sering beroperasi dengan berbagai modus. Selain sebagai wanita hamil, ada yang mendorong nenek sakit, bahkan ada yang berpura-pura buta," ungkapnya.

Pihaknya, lanjut Miftahul, telah melakukan pengintaian terhadap para pengemis yang menggunakan modus tersebut. Namun saat ditertibkan, pada wanita memiliki perut besar itu bisa berlari dengan cepat.

"Kita kerahkan 8 petugas untuk menangkap perempuan yang berura-pura hamil tersebut. Ternyata larinya cepat, sampai petugas kehilangan jejak," tuturnya.

Untuk itu, Miftahul mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada pengemis di jalanan. Warga yang ingin berzakat atau bersedekah, hendaknya menyalurkan melalui lembaga zakat profesional.

"Dengan begitu, pengemis akan berkurang karena tidak ada lagi yang memberi di jalan," pintanya.[]



Penghasilan Pengemis Mengalahkan Gaji Manager

sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/penghasilan-pengemis-di-jakarta-lebih-besar-dari-manajer.html


MERDEKA.COM. Dengan muka memelas mereka menyusuri jalan-jalan Jakarta yang berdebu. Menadahkan tangan meminta sedekah. Sebagian tampil dengan anggota tubuh tak lengkap, sebagian lagi membawa bayi mungil yang dekil dalam gendongan. Penampilan para pengemis itu mengundang iba. Selembar seribu atau dua ribuan dengan ikhlas direlakan para dermawan untuk mereka.

Benarkah para pengemis yang setiap hari lalu lalang itu hidup menderita? Ternyata tidak semua.

Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menemukan fakta mengejutkan. Dalam sehari, pengemis di Jakarta bisa mengantongi penghasilan sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta.

"Kalau yang segitu biasanya didapat pengemis dengan tingkat kekasihanan yang sangat sangat kasihan. Seperti pengemis kakek-kakek atau ibu-ibu yang mengemis dengan membawa anaknya," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda saat ditemui di kantornya, Selasa (25/6).

Kemudian, lanjutnya, untuk pengemis dengan tingkat kasihan yang standar atau biasa saja dalam sehari bisa mendapatkan sekitar Rp 450 ribu hingga Rp 500 ribu.

"Itu seperti anak-anak jalanan yang saat mengemis mengandalkan muka memelas," tuturnya.

Satu hari Rp 1 juta, kalikan 30 hari. Pengemis ini bisa dapat Rp 30 juta per bulan. Bermodal perkusi dari tutup botol, anak-anak jalanan mengantongi Rp 12 juta lebih.

Maka silakan bandingkan dengan gaji manajer di Jakarta. Penelusuran merdeka.com, gaji manajer di Jakarta rata-rata berkisar Rp 12 hingga 20 jutaan. Gaji pemimpin cabang sebuah bank rata-rata Rp 16 juta. Sementara Kepala Divisi Rp 20 juta.

Rata-rata butuh waktu sekitar tujuh tahun bagi seorang profesional mencapai level manajer. Tak mudah mencapai posisi itu.

Untuk fresh graduate atau sarjana yang baru lulus dan tak punya pengalaman kerja. Kisaran gajinya Rp 2 juta hingga Rp 3,5 juta. Jika beruntung, ada perusahaan yang mau memberi hingga di atas Rp 4 juta. Tapi sangat jarang.

"Saya kerja jadi teller di bank. Sudah lima tahun, paling bawa pulang Rp 4 juta. Kaget juga dengar pengemis bisa dapet belasan sampai Rp 30 juta," kata Rani, seorang pegawai bank pemerintah saat berbincang dengan merdeka.com.

Luar biasa memang. Gaji seorang manajer kalah oleh pengemis. Teller bank yang selalu tampil cantik dan modis, gajinya hanya sepertiga anak jalanan yang bermodal tampang memelas.

"Karena pendapatan yang terbilang fantastis itulah, para pengemis enggan beralih profesi. Cukup bermodal tampang memelas, tanpa skill apapun mereka bisa dapat uang banyak dengan mudah," kata Miftahul Huda.

Dia menambahkan maraknya pengemis dan gelandangan yang tersebar di Ibukota disinyalir sudah teroganisir. Diduga ada sindikat yang mengatur kelompok pengemis yang kerap mendrop mereka di suatu tempat untuk kemudian 'beroperasi' di wilayah yang telah ditentukan.

"Kita pernah menelusuri ke kampung halamannya. Dan memang nyatanya mereka punya rumah yang bisa dibilang lebih dari cukuplah di kampungnya itu. Itu fakta yang kita dapatkan," jelas Miftahul.

Untuk itu, Miftahul mengimbau kepada masyarakat yang ingin memberikan sumbangan menyalurkan ke tempat yang tepat.

"Dengan menyalurkan ke badan zakat yang resmi, akan disalurkan ke yang berhak menerimanya. Dan secara otomatis ini mengurangi pengemis, karena tidak ada yang mau memberi di jalan," tandasnya.
Share this article :

0 komentar :

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Catatan Kuswardayan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger